Rin terbangun dari tidurnya, mendapati bahwa hari sudah pagi. Ia menghela nafas pelan dan segera beranjak dari ranjangnya.
" ... "
Rin tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, karena Alpha telah menceritakan semuanya pada nya, ia kini berpikir apakah ia harus kembali ke dunia itu lagi ?
Semua yang ingin ia ketahui telah terjawab, dan kini tak ada alasan lagi baginya untuk kembali ke dunia itu lagi.
" Tidak. " Rin berbisik pada dirinya sendiri.
' Ya, masih belum selesai. ' pikirnya dalam hati.
Alpha baru saja menciptakan teka teki baru untuknya. Kemungkinan bahwa ia yang akan diincar berikutnya setelah mereka membunuh Mom.
Rin mengepalkan tangannya dengan kesal dan amarah. Tidak sedikitpun rasa takut tampak pada dirinya , ia bahkan sangat senang, bahwa ia akan bertemu dengan pelaku dibalik pembunuhan Mom nya.
Perhatian Rin teralihkan saat HPnya bergetar di atas ranjangnya.
" Dad ? " Rin menjawab panggilan tersebut setelah melihat nama penelpon di layar HP nya.
Dad Rin bekerja di Amerika, dan ia jarang bisa pulang ke rumah karena kerjaannya yang menumpuk dan yang tak bisa ia tinggalkan.
" Rin ? Selamat pagi ... Apa kau sudah sarapan ?" Dad bertanya dengan suara ramahnya.
Tanpa sadar, Rin pun tersenyum.
" Ya. Selamat pagi , Dad. "
******************************************************************************
" Apa ? " Rin bertanya saat ia dipanggil oleh seorang guru di sekolahnya.
" Kau ... selalu bolos di hari Jumat , dan apa alasanmu, Rin ? " Pak Naoto yang merupakan wali kelas Rin tampak kesal kali ini.
" ... Tidak ada alasan spesial." Rin bergumam, tampak bosan dan ingin segera pulang.
" Ya, terima kasih atas jawabannya ! " Pak Naoto bergumam dengan kesal. "Sebagai hadiah, kau harus mengerjakan soal-soal ini saat bel berbunyi ! "
" Kenapa ?! "
" Tidak ada alasan spesial, Rin. Kerjakan ! "
Rin mengangkat soal-soal yang diberikan oleh Pak Naoto dan berjalan memasuki kelas. Teman-temannya sudah terkekeh-kekeh melihat Rin yang selalu saja membuat masalah.
Seperti kata Pak Naoto, Rin tidak bisa pulang awal hari ini dan ia duduk di kelasnya , sibuk mengerjakan tugas.
Karena Rin memang anak yang cerdas, ia dapat mengerjakan soal-soal itu dengan mudah, akan tetapi , ia kesal karena sepertinya ia tak bisa pergi untuk bertemu dengan Alpha hari ini.
Dan beberapa saat kemudian, Pak Naoto muncul dari balik pintu dan itu membuat Rin tersentak kaget.
" Ada apa , Pak ? Aku sedang mengerjakan tugasmu, jadi tunggulah sebentar." Rin mengehela nafas malas.
" ... "
" Pak ? "
Rin merasa ada yang aneh dengan Pak Naoto, ia tak tampak seperti tadi siang. Ia sekarang... tampak seperti mayat hidup.
" Darah .... Darah !! " Pak Naoto menerjang menuju Rin dan Rin menghindar darinya, menyebabkan kursinya lah yang menjadi korban dan hancur berkeping-keping.
" Tunggu, Pak ! Apa-Apaan ini ?! " Rin tampak sedikit panik dan berdiri di dekat jendela karena ia terpojok.
" Daraah ! " Pak Naoto dengan kasar berlari menuju Rin.
Lalu, baru saja saat Rin mau menyerah karena tak berdaya, ia mendengar sesuatu tersayat. Saat ia membuka matanya, dari belakang Rin muncul sebuah pedang panjang menusuk bahu Pak Naoto.
" Eh ? " Rin menoleh ke arah kaca jendela, dan ia bisa melihat sosok Alpha menancapkan pedangnya ke Pak Naoto. " Alpha ? "
Alpha menjulurkan tangannya melewati kaca dan menarik Rin masuk ke dalam dunia cermin. Rin merasa lega, karena Alpha datang menolongnya, tapi ia tampak bingung.
' Kenapa Alpha bisa ada disini ? Kenapa ia bisa ke dunia nyata ? ' tanya Rin dalam hati.
" Seharusnya kuperingati dulu sebelumnya bahwa musuh yang mengincarmu bukan berarti ada di dunia cermin." Alpha menghela nafas sambil mengibaskan pedangnya.
" Eh ? Apa maksudmu ? Apa Pak Naoto adalah musuh ? " Rin bertanya.
" Dia musuh. Tapi bukan berarti ia yang membunuh Ibu mu. Dia hanya monster biasa yang mengincar darah manusia. Bukan sembarang darah, ia hanya mengincar perempuan yang berdarah manis." Alpha menjelaskan.
" Monster ?? Kenapa bisa ada di dunia nyata ?" Rin bertanya lagi.
" Sepertinya kau lupa , bahwa bukan cuma kau yang bisa keluar masuk dunia nyata. MOnster dari dunia cermin juga dapat keluar dari dunia cermin dan berkeliaran di dunia nyata. Mereka mengambil sosok manusia untuk bisa beradaptasi. Dari awalnya, memang dunia cermin dan dunia nyata terhubung satu sama lain." Alpha menjelaskan sambil menuntun Rin ke tempat yang aman.
" Jadi ... dari awal , Pak Naoto memang ... mengincar ku ?" Rin bergumam , kecewa.
" Entahlah. Tapi ada kemungkinan bahwa monster tadi mengambil sosok Naoto dan mengincarmu. Karena dia mungkin berpkir bahwa kau tidak akan curiga pada Naoto." Alpha tiba-tiba erhenti berjalan dan tampak berhati-hati. " Tampaknya ia mengejarmu sampai kemari."
Rin tampak terkejut dan mulai berhati-hati.
" Darah ! Berikan darahmu , Manusia !! " Monster berwujud ogre muncul dari semak-semak, dengan bahu yang terluka. Rin baru menyadari bahwa Monster itu adalah monster yang sama dengan yang menyerangnya di dunia manusia.
" Sepertinya darahmu menjadi sangat manis sejak kau berumur 16 tahun. Mulai saat ini kau harus berhati-hati, Rin. Bukan hanya pembunuh itu yang menginginkanmu, tapi monster rendah seperti ini juga akan mengincarmu." Alpha menghunus pedangnya dan mengarahkannya pada monster itu.
" ... Darah ? Kenapa dengan darahku ? " Rin bertanya.
" Di dunia cermin, seorang gadis yang baru berumur 16, darahnya terasa sangat manis, dan itu adalah santapan terbaik yang diinginkan para monster. " Alpha menjelaskan dengan singkat dan menangkis serangan dari monster itu.
" Berikan darahmu padaku !! Berikan darahmu !! " Monster itu berteriak sambil terus melancarkan serangan pada Alpha.
" Oi, Monster. Bagaimana kalau kau merasakan darahmu sendiri ? " Alpha memotong lengan monster itu dengan pedang panjangnya, dan melompat ke arah lengan monster itu yang satunya lagi. Alpha memotongnya dengan mudah , lalu melancarkan beberapa sayatan dalam pada monster itu.
" Aaaarghhhh !! " Monster itu menjerit dan Alpha melancarkan serangan terakhir tanpa belas kasihan.
Monster tersebut hancur berkeping-keping dan darahnya muncrat kemana-mana. Rin, yang berdiri tak jauh dari sana baru merasakan ketakutan. Tubuhnya sedikit gemetar, dan ia tak bisa berkata-kata. Sampai sekarang, ia tak tahu apapun tentang bahaya yang mendekatinya. Ia ... akhirnya merasakan ketakutan yang awalnya tak pernah ia rasakan. Monster tersebut menginginkan darahnya, dan selama ia masih hidup, monster lain akan terus mengejarnya.
" Rin ... " Alpha memanggilnya, dan Rin tersentak kaget. " Apa kau takut sekarang ?"
" Eh ? "
" Inilah bahaya yang harus kau khawatirkan ... Nyawamu terancam, dan jika kau lengah sedikit saja, kau mungkin akan mati." Alpha menghampirinya.
" Alpha ... aku ... " Rin terduduk di tanah, tangannya tak berhenti bergetar. Ia takut, dan ... Kenangan saat ia menemukan Mom-nya tergeletak di lantai dengan berlumuran darah membuat air matanya mengalir.
" Untuk itulah aku disini. Aku yang akan melindungi mu ... Rin."
Alpha meraih Rin dan memeluknya erat.
No comments:
Post a Comment